Rasanya percuma mengikuti sesi demi sesi itu. Aku belum merasakan adanya pencerahan. Bahkan tiap kali akan memulai suatu sesi yang aku harapkan bisa memberiku pencerahan itu, aku selalu takut, malu, enggan, segan, dan ragu. Entah kenapa...
Awalnya aku datang ke tempat itu membawa harapan besar akan ada keajaiban besar yang bisa menolongku. Aku berharap ada orang bijak yang bisa mengertiku, mungkin seperti sosok Ajahn Brahm, atau siapapunlah yang bijak.
Aku berharap dia benar-benar bisa mengerti aku dan memahami apa yang aku alami dan rasakan. Aku sangat berharap dia seperti itu... Rasanya aku telah mengharapkan dia menjadi sosok seperti peri yang bijak dan serba tahu. Padahal dia juga hanya manusia biasa.
Sesi awal aku datang aku rasa aku amat emosional. Menggebu-gebu. Meskipun rasanya aku takut, sedikit enggan, tapi bagian lain dari diriku mengatakan aku harus mencobanya. Ini penting, karena aku sudah tak mampu menyimpannya sendiri.
Aku tak tahu harus memulai dari mana. Aku kebingungan. Namun aku paksakan untuk berbicara. Aku mengatakan apa yang aku rasakan, namun kacau, berantakan sekali. Aku yakin dia kebingungan. Aku sendiri saja bingung dengan masalahku ini. Aku benar-benar tak tahu harus memulai darimana dan bagaimana menciptakan alurnya.
Ah Tuhan... Semua begitu jelas dalam pikiranku, semua begitu banyak ingin menyerbu keluar satu persatu hingga aku kebingungan harus yang mana dulu yang aku keluarkan. Semua seolah menyeruak ingin keluar. Membuatkau random karena kebingungan. Aku tahu apa yang aku alami. Namun mungkin karena telah banyak rasa yang aku pendam dan rasakan sendiri aku kesulitan mengungkapkannya. Banyak jejalan dalam otakku.
Dan sampai sesi ketiga pun aku rasa aku masih belum memeroleh pencerahan, justru makin bingung dan tak nyaman dengan semuanya. Aku takut untuk sepenuhnya jujur. Aku malu untuk sepenuhnya berkata lengkap tentang semua. Aku enggan mengorek-ngorek isi pikiranku akan hal ini. Aku malas memikirkannya. Aku hanya ingin seseorang itu mengerti apa yang aku rasakan tanpa perlu aku bersusah payah mengorek ulang dari awal. Itu menyakitkan. Memuakkan. Rumit seperti benang kusut. Bundet.
Aku harus bagaimana...? Makin lama aku makin tak nyaman dengan sesi-sesi ini. Aku rasa dia pun muak karena aku tak bisa mengeluarkan apa yang aku rasakan, hanya membuatnya bingung saja. Dan mungkin dia telah sedikit salah persepsi mengenai kisahku ini. Mungkin aku terlihat sekadar mengarang cerita, mungkin dia berpikir aku seharusnya mengambil tindakan itu saja, yang selalu aku jawab jika dia balik melontarkan pertanyaan atas pertanyaanku. Aku tahu aku menjawab dengan rasional. Tapi jawabanku itu bukan jawaban yang sebenarnya ada dalam perasaanku. Memang itu logis tapi bukan yang aku pikirkan sebenarnya. Aku menjawab seperti itu karena aku takut dan enggan untuk makin berlama-lama. Aku memang tidak sabaran orangnya.
Aku pun memiliki persona yang berlipat. Selalu bersembunyi di baliknya. Aku merasa aman, karena aku terlalu takut dengan orang lain, dengan semua pandangannya terhadapku jadi aku memakai topengku. Yang berarti aku harus membohongi diriku sendiri demi orang lain. Mungkin memang aku merasa tenang dan nyaman, namun sebenarnya tidak juga. Aku makin tersiksa. Namun aku tenang. Ya seperti itulah. Munafik.
Dari sesi-sesi yang telah aku jalani sepertinya aku tahu bahwa semua akhirnya berbalik kepada diriku lagi sepenuhnya. Dia selalu bertanya balik tentang pertanyaan dan keluhanku. Ya mungkin itu memang seharusnya dia lakukan sesuai dengan prosedur client centernya. Tapi saat ini aku tak memerlukan itu. Kalau begitu aku tak perlu pergi ke tempat itu karena aku akan memcahkannya sendiri.
Ah.. Semua makin runyam rasanya. Perasaanku dan pikiranku.
Ingin kusudahi saja sesi-sesi ini karena pun aku tak mendapat apapun. Aku rasa useless... Aku hanya berusaha memberitahukan aibku pada orang lain. Entahlah aku menyesal atau tidak atas semua ini.
Mungkin benar juga apa katanya, semua terlihat tak rasional tapi aku terlalu memaksakan semua agar tetap rasional. Dan sepertinya yang dia tahu adalah bahwa seharusnya aku telah bisa memutuskannya... tapi tidak semudah itu, dia belum mengertinya. Semua masih terlalu dangkal.
.......................
Awalnya aku datang ke tempat itu membawa harapan besar akan ada keajaiban besar yang bisa menolongku. Aku berharap ada orang bijak yang bisa mengertiku, mungkin seperti sosok Ajahn Brahm, atau siapapunlah yang bijak.
Aku berharap dia benar-benar bisa mengerti aku dan memahami apa yang aku alami dan rasakan. Aku sangat berharap dia seperti itu... Rasanya aku telah mengharapkan dia menjadi sosok seperti peri yang bijak dan serba tahu. Padahal dia juga hanya manusia biasa.
Sesi awal aku datang aku rasa aku amat emosional. Menggebu-gebu. Meskipun rasanya aku takut, sedikit enggan, tapi bagian lain dari diriku mengatakan aku harus mencobanya. Ini penting, karena aku sudah tak mampu menyimpannya sendiri.
Aku tak tahu harus memulai dari mana. Aku kebingungan. Namun aku paksakan untuk berbicara. Aku mengatakan apa yang aku rasakan, namun kacau, berantakan sekali. Aku yakin dia kebingungan. Aku sendiri saja bingung dengan masalahku ini. Aku benar-benar tak tahu harus memulai darimana dan bagaimana menciptakan alurnya.
Ah Tuhan... Semua begitu jelas dalam pikiranku, semua begitu banyak ingin menyerbu keluar satu persatu hingga aku kebingungan harus yang mana dulu yang aku keluarkan. Semua seolah menyeruak ingin keluar. Membuatkau random karena kebingungan. Aku tahu apa yang aku alami. Namun mungkin karena telah banyak rasa yang aku pendam dan rasakan sendiri aku kesulitan mengungkapkannya. Banyak jejalan dalam otakku.
Dan sampai sesi ketiga pun aku rasa aku masih belum memeroleh pencerahan, justru makin bingung dan tak nyaman dengan semuanya. Aku takut untuk sepenuhnya jujur. Aku malu untuk sepenuhnya berkata lengkap tentang semua. Aku enggan mengorek-ngorek isi pikiranku akan hal ini. Aku malas memikirkannya. Aku hanya ingin seseorang itu mengerti apa yang aku rasakan tanpa perlu aku bersusah payah mengorek ulang dari awal. Itu menyakitkan. Memuakkan. Rumit seperti benang kusut. Bundet.
Aku harus bagaimana...? Makin lama aku makin tak nyaman dengan sesi-sesi ini. Aku rasa dia pun muak karena aku tak bisa mengeluarkan apa yang aku rasakan, hanya membuatnya bingung saja. Dan mungkin dia telah sedikit salah persepsi mengenai kisahku ini. Mungkin aku terlihat sekadar mengarang cerita, mungkin dia berpikir aku seharusnya mengambil tindakan itu saja, yang selalu aku jawab jika dia balik melontarkan pertanyaan atas pertanyaanku. Aku tahu aku menjawab dengan rasional. Tapi jawabanku itu bukan jawaban yang sebenarnya ada dalam perasaanku. Memang itu logis tapi bukan yang aku pikirkan sebenarnya. Aku menjawab seperti itu karena aku takut dan enggan untuk makin berlama-lama. Aku memang tidak sabaran orangnya.
Aku pun memiliki persona yang berlipat. Selalu bersembunyi di baliknya. Aku merasa aman, karena aku terlalu takut dengan orang lain, dengan semua pandangannya terhadapku jadi aku memakai topengku. Yang berarti aku harus membohongi diriku sendiri demi orang lain. Mungkin memang aku merasa tenang dan nyaman, namun sebenarnya tidak juga. Aku makin tersiksa. Namun aku tenang. Ya seperti itulah. Munafik.
Dari sesi-sesi yang telah aku jalani sepertinya aku tahu bahwa semua akhirnya berbalik kepada diriku lagi sepenuhnya. Dia selalu bertanya balik tentang pertanyaan dan keluhanku. Ya mungkin itu memang seharusnya dia lakukan sesuai dengan prosedur client centernya. Tapi saat ini aku tak memerlukan itu. Kalau begitu aku tak perlu pergi ke tempat itu karena aku akan memcahkannya sendiri.
Ah.. Semua makin runyam rasanya. Perasaanku dan pikiranku.
Ingin kusudahi saja sesi-sesi ini karena pun aku tak mendapat apapun. Aku rasa useless... Aku hanya berusaha memberitahukan aibku pada orang lain. Entahlah aku menyesal atau tidak atas semua ini.
Mungkin benar juga apa katanya, semua terlihat tak rasional tapi aku terlalu memaksakan semua agar tetap rasional. Dan sepertinya yang dia tahu adalah bahwa seharusnya aku telah bisa memutuskannya... tapi tidak semudah itu, dia belum mengertinya. Semua masih terlalu dangkal.
.......................