And finally, time must still go on.
Dan hari, tanggal, dan waktu yang aku nanti akhirnya harus pergi juga, berputar, terlewati.
Rasanya berdebar selalu di saat penantian ketika waktu itu belum datang.
Namun ketika waktu itu menjelma menjadi bola yang terus menggelinding, rasa itu berubah menjadi muram, sedih. Aku serasa ingin membeku dalam waktu istimewaku. Tak rela untuk menggulirkan waktuku seperti bola kaca yang terus berputar, mencari suatu jalan yang terus belum terlampaui, belum terlewati.
Akhirnya waktu istimewa itu terlewati, singkat.
Aku bahkan tidak merasakan sensasi yang ingin kurasakan selama penantian. Yeah, nothing special in my special time. Biasa banget. Dan akhirnya berlalu.
Ketika waktu istimewa itu belum tiba aku selalu merasa penuh harapan, penuh hasrat dalam penantian. Menunggu kejuta indah di tahun ini, kejutan yang lebih indah dari tahun lalu, kejutan indah dari orang-orang yang kuharapkan mengingat hari istimewaku, kejutan yang akan berkesan selamanya yang kuharapkan mereka berikan kepadaku di waktuku itu. Ya, sepertinya aku sangat tergila-gila pada harapan tentang kejutan yang berkesan.
Tapi... tak ada yang istimewa.
Hari itu hanya hari istimewa untukku, bukan untuk mereka.
Berdebar-debarnya jantungku dan meluapnya hasrat kebahagiaanku hanya aku rasakan sendiri ketika waktu yang aku nantikan itu tiba.
Bahkan aku pun tak bisa benar-benar bersuka cita dalam waktu istimewaku itu.
Hanya aku dan "alter egou" ku yang bisa merasakan sensasi mengenai "katarsis", luapan emosional waktu penantian panjang dan harapan yang bergejolak tentang hari itu, waktu itu.
Nobody feel what I feel.
Dan tak seorangpun tahu aku telah menantikan kejutan di hari ini, kejutan yang membahagiakan. Tak seorang pun, kecuali beberapa orang yang terkecuali, yang juga tahu ini adalah hari istimewaku.
Ah seperti biasa, aku selalu kesulitan memaparkan apa yang ingin kupaparkan. Melebar kemanapun, tak jelas. Tapi biarlah, biarkan aku terus menulis. Meski kacau, berantakan, messy.
Dan akhirnya aku melewati hari istimewaku ini, yang hanya datang sekali dalam setahun, dengan biasa saja. Yah, lagipula aku bukan tuan puteri kan yang harus selalu merasakan kemewahan dan sensasi suka cita yang istimewa di hari ini. Harusnya aku tetap mensyukurinya karena bagaimanapun masih tetap banyak orang yang memberiku doa dan ucapan selamat. Meski aku yakin semua itu sekadar "formalitas" karena mereka tak tahu esensi dan sensasi yang ingin aku rasakan. Mereka tak mengerti mengenai kedua hal itu. Tapi setidaknya terima kasih, karena itu artinya mereka peduli, meski sekadar formalitas. Namun aku harap, harapan yang mereka ucapkan itu adalah ketulusan.
Kesannya aku sangat tidak mensyukuri nikmat yang Dia berikan di hari ini bukan? Aku terlalu menuntut lebih. Yeah, itu aku. Yang tak pernah puas pada apapun yang aku dapat karena ekspektasiku yang terlalu tinggu (mungkin) terlalu menuntut untuk perfeksionis dalam setiap hal, termasuk sesuatu istimewa, yang paling tidak berbeda dari sensasi yang aku rasakan setiap harinya di hari biasanya.
Aku hanya ingin waktu istimewaku terlewati pula dengan sesuatu yang istimewa, terutama dari mereka, orang-orang yang aku harapkan memberikan "respect" tinggi dan kepedulian tinggi pada hari istimewaku. Bahkan sedikit sekali, mereka, orang-orang yang akan kukenang dalam perjalanan sejarah hidupku, yang ingat. Hanya segelintir. Bahkan mereka mungkin sedikit lupa, dan "dia" tak pernah ingat. Meski selama ini, 18 tahun bersamaku aku belum pernah mendengar dia mengucapkan kata formalitas itu untukku maupun untuk yang lainnya dalam lingkungan itu. Oh, sudahlah, jangan terlalu meerenungi kekurangan yang berjalan tak sesuai keinginanmu. Syukuri saja apa yang telah terjadi, toh inipun telah berlalu. Namun terima kasih. Lagipula hari istimewa ini bukanlah hari yang teristimewa bukan? Khususnya untuk mereka. Hanya aku yang merasa ini adalah hari yang sangat istimewa. Tapi sebenarnya tidak juga. Biasa saja seharusnya. Aku memang berlebihan dalam berharhap dan sangat buruk, sangat tidak mensyukuri segalanya. Maaf. Tapi aku hanya inign ada sesuatu yang berkesan. Ah, tapi sudahlah seperti inipun cukup, bukan? Seperti inipun telah termasuk hal yang istimewa. Sudahlah, jangan terlalu mempermasalahkan. Tidak terlalu penting juga.
Tapi... Penantianku yang menggebu harus terlewati begitu saja di momen ini? Begitu saja, tanpa ada kesan mendalam? Bagaimanapun juga aku tetap merasa sedikit kecewa. Apalagi orang-orang tersebut, mereka tidak melakukan sesuatu seperti yang aku harapkan. Khusus orang-orang tersebut yang aku sesalkan. Memang jarak memisahkan kami, tapi seharsunya tak jadi masalah karena alat komunikasi sekarang pun telah canggih dan berkembang, bukan?
Ah, sudah...sudah! Cukup! Aku memang payah, tak pernah menerima dengan rasa syukur apa yang seharusnya aku terima dengan penuh syukur...
Setidaknya aku masih memiliki harapan untuk penantian selanjutnya. Masih ada di depan sana.
Terima kasih kepada beberapa orang yang telah mengingat hari bahagiaku ini.
Terima kasih kepada orang-orang yang turut bahagia dalam hari bahagiaku ini meski mereka bahagia karena momen lain di waktu yang sama dalam hari istimewaku.
Terima kasih kepada mereka yang mendoakanku di hari ini.
Terima kasih semua...
Dan hari, tanggal, dan waktu yang aku nanti akhirnya harus pergi juga, berputar, terlewati.
Rasanya berdebar selalu di saat penantian ketika waktu itu belum datang.
Namun ketika waktu itu menjelma menjadi bola yang terus menggelinding, rasa itu berubah menjadi muram, sedih. Aku serasa ingin membeku dalam waktu istimewaku. Tak rela untuk menggulirkan waktuku seperti bola kaca yang terus berputar, mencari suatu jalan yang terus belum terlampaui, belum terlewati.
Akhirnya waktu istimewa itu terlewati, singkat.
Aku bahkan tidak merasakan sensasi yang ingin kurasakan selama penantian. Yeah, nothing special in my special time. Biasa banget. Dan akhirnya berlalu.
Ketika waktu istimewa itu belum tiba aku selalu merasa penuh harapan, penuh hasrat dalam penantian. Menunggu kejuta indah di tahun ini, kejutan yang lebih indah dari tahun lalu, kejutan indah dari orang-orang yang kuharapkan mengingat hari istimewaku, kejutan yang akan berkesan selamanya yang kuharapkan mereka berikan kepadaku di waktuku itu. Ya, sepertinya aku sangat tergila-gila pada harapan tentang kejutan yang berkesan.
Tapi... tak ada yang istimewa.
Hari itu hanya hari istimewa untukku, bukan untuk mereka.
Berdebar-debarnya jantungku dan meluapnya hasrat kebahagiaanku hanya aku rasakan sendiri ketika waktu yang aku nantikan itu tiba.
Bahkan aku pun tak bisa benar-benar bersuka cita dalam waktu istimewaku itu.
Hanya aku dan "alter egou" ku yang bisa merasakan sensasi mengenai "katarsis", luapan emosional waktu penantian panjang dan harapan yang bergejolak tentang hari itu, waktu itu.
Nobody feel what I feel.
Dan tak seorangpun tahu aku telah menantikan kejutan di hari ini, kejutan yang membahagiakan. Tak seorang pun, kecuali beberapa orang yang terkecuali, yang juga tahu ini adalah hari istimewaku.
Ah seperti biasa, aku selalu kesulitan memaparkan apa yang ingin kupaparkan. Melebar kemanapun, tak jelas. Tapi biarlah, biarkan aku terus menulis. Meski kacau, berantakan, messy.
Dan akhirnya aku melewati hari istimewaku ini, yang hanya datang sekali dalam setahun, dengan biasa saja. Yah, lagipula aku bukan tuan puteri kan yang harus selalu merasakan kemewahan dan sensasi suka cita yang istimewa di hari ini. Harusnya aku tetap mensyukurinya karena bagaimanapun masih tetap banyak orang yang memberiku doa dan ucapan selamat. Meski aku yakin semua itu sekadar "formalitas" karena mereka tak tahu esensi dan sensasi yang ingin aku rasakan. Mereka tak mengerti mengenai kedua hal itu. Tapi setidaknya terima kasih, karena itu artinya mereka peduli, meski sekadar formalitas. Namun aku harap, harapan yang mereka ucapkan itu adalah ketulusan.
Kesannya aku sangat tidak mensyukuri nikmat yang Dia berikan di hari ini bukan? Aku terlalu menuntut lebih. Yeah, itu aku. Yang tak pernah puas pada apapun yang aku dapat karena ekspektasiku yang terlalu tinggu (mungkin) terlalu menuntut untuk perfeksionis dalam setiap hal, termasuk sesuatu istimewa, yang paling tidak berbeda dari sensasi yang aku rasakan setiap harinya di hari biasanya.
Aku hanya ingin waktu istimewaku terlewati pula dengan sesuatu yang istimewa, terutama dari mereka, orang-orang yang aku harapkan memberikan "respect" tinggi dan kepedulian tinggi pada hari istimewaku. Bahkan sedikit sekali, mereka, orang-orang yang akan kukenang dalam perjalanan sejarah hidupku, yang ingat. Hanya segelintir. Bahkan mereka mungkin sedikit lupa, dan "dia" tak pernah ingat. Meski selama ini, 18 tahun bersamaku aku belum pernah mendengar dia mengucapkan kata formalitas itu untukku maupun untuk yang lainnya dalam lingkungan itu. Oh, sudahlah, jangan terlalu meerenungi kekurangan yang berjalan tak sesuai keinginanmu. Syukuri saja apa yang telah terjadi, toh inipun telah berlalu. Namun terima kasih. Lagipula hari istimewa ini bukanlah hari yang teristimewa bukan? Khususnya untuk mereka. Hanya aku yang merasa ini adalah hari yang sangat istimewa. Tapi sebenarnya tidak juga. Biasa saja seharusnya. Aku memang berlebihan dalam berharhap dan sangat buruk, sangat tidak mensyukuri segalanya. Maaf. Tapi aku hanya inign ada sesuatu yang berkesan. Ah, tapi sudahlah seperti inipun cukup, bukan? Seperti inipun telah termasuk hal yang istimewa. Sudahlah, jangan terlalu mempermasalahkan. Tidak terlalu penting juga.
Tapi... Penantianku yang menggebu harus terlewati begitu saja di momen ini? Begitu saja, tanpa ada kesan mendalam? Bagaimanapun juga aku tetap merasa sedikit kecewa. Apalagi orang-orang tersebut, mereka tidak melakukan sesuatu seperti yang aku harapkan. Khusus orang-orang tersebut yang aku sesalkan. Memang jarak memisahkan kami, tapi seharsunya tak jadi masalah karena alat komunikasi sekarang pun telah canggih dan berkembang, bukan?
Ah, sudah...sudah! Cukup! Aku memang payah, tak pernah menerima dengan rasa syukur apa yang seharusnya aku terima dengan penuh syukur...
Setidaknya aku masih memiliki harapan untuk penantian selanjutnya. Masih ada di depan sana.
Terima kasih kepada beberapa orang yang telah mengingat hari bahagiaku ini.
Terima kasih kepada orang-orang yang turut bahagia dalam hari bahagiaku ini meski mereka bahagia karena momen lain di waktu yang sama dalam hari istimewaku.
Terima kasih kepada mereka yang mendoakanku di hari ini.
Terima kasih semua...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar