Waktu terasa begitu singkat untuk sesuatu yang menyenangkan.
Tapi begitu terasa sangaaat lama untuk sesuatu yang menyebalkan, menyiksa, menyedihkan, dan semua emosi negatif.
Waktu untuk penantianku itu begitu cepat berlalu, bagai roket yang melesat ke luar angkasa. Tak terasa sedikitpun membeku, tak mengizinkanku menikmatinya dan mencumbunya sesat. Aku tak merasakannya. Waktu itu terasa melesat begitu saja di depanku, kencang sekali. Dan... Wuuusssh... Hilang, berganti dengan waktu lain.
Sedangkan untuk sesuatu yang lain itu, sesuatu tentang penantian lain itu, terasa tak berujung, tak juga menemui akhir. Terus saja bergulir tanpa henti dengan kecepatan lambat. Bagaikan keong yang berjalan dengan sangat lelet. Padahal telah kelelahan, mengharap mengakhiri jalan itu. Jalan yang telah ditelusuri cukup lama.
Namun... Tak juga berujung. Entah kapan akan menemui akhir.
Tuhan, jikalau Engkau menghendaki hal ini, hal yang kujalani dengan dirinya, maka permudahlah aku untuk menjalaninya dan membuat ini menjadi sebuah keterbukaan.
Karena aku lelah, Tuhanku.
Aku berada dalam posisi yang entah benar entah salah, entah menguntungkan entah merugikan, entahlah.
Tuhanku sayang, aku muak jika harus berlama-lama dalam ketidakpastian ini. Aku rasa aku tak kuat. Aku lelah. Sangat lelah. Dan... Hampir gila. Atau malah telah gila. Memang ini yang dulu aku harapkan, dunia khayalan. Tapi ini dalam kenyataan. Dan ternyata sulit menerima khayalan dalam kenyataan.
Tuhanku sayang, jika dia memang membawa kebaikan untukku dekatkan dia, buatkan aku pertanda.
Namun Tuhanku, jika kehadirannya dalam hidupku hanya membawa kekacauan dan keburukan, jauhkanlah dia dari hidupku. Jauhkan. Kau mampu dengan kuasaMu.
Dan berikan aku penenang jiwa, izinkan aku hanya memberikan tempat itu untukmu sepenuhnya sehingga aku tak kan merasa terpuruk ketika keburukan dari sesamaku menusuk bagian itu.
Tuhanku sayang, Kau tau yang terbaik, aku mengharap yang terbaik, berikan aku yang terbaik...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar