Yang membedakan romantic relationship dengan persahabatan adalah adanya hasrat untuk kepuasan seksual (Kenrick, Neuberg, Cialdini, 2007).
Romantic relationship memiliki peran yang cukup penting dalam kehidupan remaja. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Teenage Research Unlimited pada tahun 2006, disebutkan bahwa sebagian dari semua remaja mengaku telah menjalin pacaran dan mendekati sepertiga dari semua remaja telah dalam hubungan berpacaran yang serius (Sorensen, 2007). Romantic relationship pada remaja memiliki efek jangka panjang pada self esteem dan pembentukan nilai-nilai personal, hubungan yang mendalam, dan seksualitas (Sorensen, 2007 dalam Barber & Eccles, 2003). Pentingnya romantic relationship pada remaja diantaranya dapat memfasilitasi proses memperoleh pemahaman yang luas mengenai siapa mereka dan apa value mereka. Selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan interpersonal. Melalui hubungan pacaran, remaja sering memperhalus cara mereka berkomunikasi dan bernegoisasi, meningkatkan empati, dan belajar bagaimana untuk memelihara hubungan yang mendalam dengan seseorang. Perpisahan diantara remaja dan pacarnya dapat memicu stres dan depresi, namun dapat pula membantu remaja untuk meningkatkan resiliendi dan gaya coping yang diperlukan untuk mengendalikan situasi sulit dalam hubungan selanjutnya dalam kehidupan mereka ( Sorensesn, 2007 dalam Barbar & Eccles, 2003). Pacaran juga dapat meningkatkan emotional support. Namun hanya sahabat yang yang memberikan support lebih daripada pacar. Emotional support yang diberikan oleh pacar yang mungkin memiliki arti yang penting hanya untuk para remaja seksual minoritas. Untuk para remaja minoritas seksual, pacar mungkin adalah satu-satunya orang yang memberikan rasa aman dan nyaman untuk berbagi pemikiran dan perasaan mengenai identitas seksual mereka (Sorensen, 2007 dalam Furman, 2002). Jadi pacar lebih memberikan emotional support yang mengarah kepada hal yang bersifat seksual. Sedangkan sahabat tidak, lebih luas cakupannya.
Dalam kenyataannya, remaja lebih sering melaporkan kekerasan dalam berpacaran daripada kelompok usia lainnya (Sorenses, 2007 dalam National Center for Injury Prevention and Control, 2006).
Hubungan berpacaran pada remaja memiliki resiko yang besar dalam mengalami kekerasan verbal, emosional, dan fisik dari pasangannya. Mayoritas remaja (61 persen) yang telah berpacaran melaporkan bahwa pasangannya telah membuat mereka merasa buruk dan malu dalam memandang dirinya sendiri. Kemudian, lebih dari 27 persen remaja yang berpacaran mengatakan bahwa mereka sering dipanggil dengan panggilan yang membuat mereka merasa buruk oleh pasangannya. Sedangkan 30 persen remaja yang berpacaran mengatakan bahwa mereka khawatir jika dilukai secara fisik oleh pasangannya dan lima belas persen mengatakan mereka pernah dipukul, ditampar atau “didorong” oleh pasangannya (Sorensen, 2007 dalam Teenange Research Unlimited, 2006).
Hubungan pacaran memiliki kecenderungan terhadap perlakuan seksual, karena pada dasarnya pacaran itu dilandasi oleh hasrat emosional terhadap kepuasan seksual seseorang. Sebuah signifikan minoritas dari remaja dalam romantic relationship melaporkan merasa tertekan untuk diminta melakukan aktivitas seksual. Satu dari empat remaja melaporkan bahwa melakukan seks sangat diharapkan dan satu dari tiga remaja wanita yang masih berpacaran mengatakan bahwa mereka telah ditekan untuk melakukan seks atau dipaksa melakukan aktivitas seksual ketika mereka tidak ingin melakukannya (Sorensen, 2007 dalam Teenage Research Unlimited, 2006). Sedangkan hubunga seksual dapat memiliki konsekuensi jangka panjang.
Romantic relationship menimbulkan emosi yang kuat. Namun, karena hubungan ini melibatkan kontak seksual, mereka yang terlibat dalam hubungan ini rentan terhadap risiko kehamilan dan terkadang korban seksual. Putus dengan pacar merupakan faktor terkuat penyebab depresi dan bunuh diri pada remaja (Papalia, Olds, & Feldman, 2007 dalam Bouchey & Furman, 2003). Yang membedakan hubungan ini dengan persahabatan adalah adanya nafsu dan komitmen.
Romantic relationship cenderung menjadi kuat dan lebih mendalam selama remaja c dalam Bouchey & Furman, 2003). Pasangan dalam romantic relationship berfungsi sebagai figur cinta, sebagai pelampiasan dalam keadaan susah, sahabat dan teman yang terikat dalam intimacy, kasih sayang, kerjasama yang seimbang, bantuan, kepedulian, dan pemenuhan kebutuhan seksual (Papalia, Olds, & Feldman, 2007 dalam Furman & Wehner, 1997).
Tujuan utama berpacaran sebenarnya adalah untuk mencari pasangan untuk menemani kehidupan seseorang di masa mendatang. Namun pada remaja orientasi berpacaran belum mengarah kepada hal tersebut. Berpacaran pada remaja lebih mengarah kepada rekreasi, mencari kesenangan dan bersenang-senang, mencari status agar dianggap keren oleh orang lain, merupakan bagian proses sosialisai pada remaja yang dapat membantu mereka belajar untuk berada di dekat seseorang dan membantu dalam mempelajari tata cara bergaul. (Santrock, 1990).
Dalam berpacaran, penampilan fisik yang menarik menjadi salah satu hal yang penting. Selain itu, kemiripan dan seksualitas juga menjadi unsur yang harus ada dalam berpacaran. Dalam suatu penelitian mengenai self monitoring, 39 orang pria yang masih berada di perguruan tinggi, ketika mereka ditanya mengenai karakteristik yang paling penting yang harus ada dalam kencan orang berpacaran, kebanyakan dari mereka mengatakan mengenai daya pikat fisik. Kemudian dalam penelitian kedua, beberapa orang mahasiswa diberikan informasi mengenai dua orang wanita, yang pertama bernama X, dengan karakter fisik yang tidak menarik tapi sangat ramah dan baik. Satu orang lagi bernama Y, secara fisik sangat menarik, tidak ramah, moody, dan lebih tertarik dengan dirinya sendiri daripada kepada orang lain. Pria dengan self monitoring yang tinggi lebih memilih Y untuk diajak kencan dan mungkin berlanjut pada hubungan yang lebih serius (berpacaran) (Santrock, 1990 dalam Snyder, Berscheid, & Glick, 1985).
Sahabat dan pacar memiliki aspek yang hampir sama, diantaranya sebagai sumber dukunagn, companionship, dan intimacy. interaksi positif seperti companionship dan dukungan, dengan pasangan memberikan sebuah sumber penting dari dukungan emosional, dengan demikian berkontribusi terhadap kesehatan mental remaja dan meminimalkan rasa kekhawatiran.
Sebaliknya, interaksi yang negatif, seperti kritik, konflik, dan tekanan dapat membuat perasaan remaja menjadi stres dan khawatir. Romantic partner (pacar) menimbulkan perasaan malu dan kesadaran diri (La Grca & Mackey, 2007 dalam Connolly, Ben-Knaz, Goldberg, & Craig, 1996). Romantic partner didefinisikan sebagai seseorang yang secara fisik membuat kamu tertarik dan memiliki kedekatan kontak, misalnya, berpegangan tangan, mencium, dsb., yang kamu anggap lebih dari seorang teman dan kamu ajak berkencan (La Greca & Mackey, 2007). Efek jangka panjang dari ketidakbaikan hubungan dalam romantic relationship yaitu memberikan bayangan gelap terhadap paradigma remaja mengenai hubungan sejenis itu di masa tuanya nanti.
jadi menurut kalian pacaran itu menguntungkan atau merugikan?
subjektif banget memang.
maaf lagi, blom gue edit, karena males. hehe
sumber esai buat tugas akhirku.
Referensi:
Kenrick, D.T., Neuberg, S.L., Cialdini, R.B., (2007). Affiliation and Friendship, Social Psychology Goals in Interaction (4th edition) (pp. 224-238). USA: Pearson.
Kenrick, D.T., Neuberg, S.L., Cialdini, R.B., (2007). Love and Romantic Relationship, Social Psychology Goals in Interaction (4th edition) (pp.259-260). USA: Pearson.
La Greca, A.M., Mackey, E.R. (2004). Adolescents’ Anxiety in Dating Situations: The Role of Other-Sex Friends, Close Friends, and Romantic Partners. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology (pp. 3-19). Retrieved 2007, from http://www.psy.miami.edu/faculty/alagreca/lagreca_mackey_2007.pdf.
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2007). Psychosocial Development in Adolescent, Human Development (10th edition ) (pp. 459-460). New York: McGraw Hill Int. Edition.
Ponti, L., Guarnieri, S., Smorti, A., Tani, F. (February 11, 2010). A Measure for the Study of Friendship and Romantic Relationship Quality from Adolescence to Early-Adulthood. The Open Psychology Journal, 3(76-87). Retrieved March 27, 2010, from https://www.bentham.org/open/topsyj/articles/V003/76TOPSYJ.pdf.
Santrock, J.W. (1990). The Context of Adolescent Development, Adolescent (4th edition) (pp. 261, 272, 277, 278). USA: Wm. C. Brown Publisher.
Sorensen, Sarah. (July 2007). Adolescent Romantic Relationship. ACT for Youth Center of Exellence, Research Facts and Findings, 1(1-4). Retrieved July, 2007, from http://www.actforyouth.net/documents/AdolescentRomanticRelationships_July07.pdf.