Oke setelah berhasil konek dengan internet, membuka blog, lalu sekarang aku bingung akan menuliskan apa. Padahal tadi banyaaak banget uneg-uneg pikiran yang pingin aku tulisin di blog ini. Hah Tuhaaaaan. Rasanya beban banget ketika masih nyimpe uneg-uneg itu. Karena keluh kesah yang disimpan ibarat sampah yang ditimbun. Makin lama makin membusuk, berat lagi. Danger intinya.
Oke i'll keep trying.
Tinggal numpang di tempat saudara itu rasanyaaa... Mmmm.. ada enak ga enaknya sih, pastilah ya.
Saudara aku tuh sebenarnya baik-baik banget. Mereka ga pelit. Lumayan perhatian. Tapi wajarlah ya, namanya manusia, selalu punya kekurangan. Mungkin karena kejadian waktu itu, yang menurut aku cukup traumatis buat aku sendiri jadi sampai sekarang aku gabisa sepenuhnya merasa tenang.
Setiap orang memakai topeng ketika berinteraksi dengan orang lain. Sisi baik mereka memang banyak. Meskipun demikian mereka tetap memiliki sisi buruk, walau hanya 1:5 dengan kebaikan yang mereka miliki. Tapi kedahsyatan sisi buruk itu adalah 3:1 dari sisi baik. Itu asumsi aku aja. Jadi ketika sisi jahat seseorang itu muncul, seketika juga, bagi aku, kebaikan mereka musnah karena terselimuti oleh kegalapan sisi buruk mereka. Sisi buruk yang pernah seseorang keluarkan akan membuatku amat sangat aware dan tidak bisa lagi memberikan trust kepada mereka. Aku takut dan tidak bisa lagi merasa aman dan nyaman. Bagiku berada di sekeliling mereka adalah suatu ancaman yang tak bisa diprediksi. Entah kapan bahaya akan datang, yang jelas aku tak boleh terlena. Meskipun frekuensi sisi baik mereka lebih banyak muncul, tetap saja bagiku mereka adalah makhluk yang pantas untuk diwaspadai. Aku bukan sedang membicarakan sekelompok orang, tapi aku menggenaralisir untuk semua orang. Mungkin salah, tapi ini hanya asumsi dan pendapatku. CMIIW.
Lanjut.
Sebenarnya aku ga pernah mengadu dan selalu menganggap hal ini sepele. Keberadaanku di dalam keluarga orang lain, meskipun masih ada hubungan kerabat denganku, adalah hal yang cukup membuatku tak bisa tenang. Aku rasa kemerdekaanku amat sangat terbatasi. Aku merasa tidak senyaman berada dalam bis umum yang semua orangnya tidak aku kenal. Ah entahlah. Yang jelas sebenarnya hal inilah masalah utamaku terkait performa yang aku miliki dalam hal akademis, dan beberapa hal lain. Ketika berada di rumah, yang aku harapkan akan memberikan ketenangan, kenyamanan, rasa aman, tapi justru aku merasa beban. Entah kenapa. Padahal mereka semua amat sangat baik. Baik. Dan mereka sudah cukup berpengaruh dalam kehidupanku dan keluargaku. Tapi begitu jahatnya aku. Aku rasa dalam hal ini semua penyebab ketidaknyamanan, ketidakamanan, ketidaktenangan yang muncul adalah karena diriku. Justru aku. Sialnya aku. Semua hal yang aku rasakan yang pada akhirnya memengaruhi performa dan output tingkah lakuku adalah karena aku sendiri. Please, jangan salahin orang lain. Lakukan atribusi internal aja. Karena ketika kamu menyalahkan orang lain, masalah tidak akan terselesaikan justru bertambah. Mereka itu tidak seperti bidadari, tetap memiliki sisi monster. Menyeramkan. Mereka punya argumen-argumen tersendiri mengenai output tingkah lakumu. Kamu ga akan berhenti ketika mengatribusikan semua itu kepada mereka. Cukupkan pada dirimu saja.
M, untuk saat ini bersabarlah. Pasti ada waktu yang tepat agar kamu bisa menemukan "hutan" belantaramu sendiri. "Sarang"mu sendiri. sehingga kamu bisa bebas melakukan apapun sesuai norma dan keinginan dirimu sendiri tanpa harus peduli dengan norma dan keinginan orang lain. Percayalah, kebaban absolutmu akan kamu temukan nanti. Sekarang yang perlu kamu lakukan hanya bersabar dan mencari siasat untuk bertahan dan mempertahankan output tingkah lakumu seperti dulu ketika kamu berada dalam belantaramu sendiri. Siasat. Hanya itu. Kamu bisa. Semua bergantung pada dirimu sendiri. Ubahlah sikap dan dirimu sendiri. Itu yang paling mungkin. Ada aku, bagian dari dirimu yang masih bersamamu, menemanimu.
Oke i'll keep trying.
Tinggal numpang di tempat saudara itu rasanyaaa... Mmmm.. ada enak ga enaknya sih, pastilah ya.
Saudara aku tuh sebenarnya baik-baik banget. Mereka ga pelit. Lumayan perhatian. Tapi wajarlah ya, namanya manusia, selalu punya kekurangan. Mungkin karena kejadian waktu itu, yang menurut aku cukup traumatis buat aku sendiri jadi sampai sekarang aku gabisa sepenuhnya merasa tenang.
Setiap orang memakai topeng ketika berinteraksi dengan orang lain. Sisi baik mereka memang banyak. Meskipun demikian mereka tetap memiliki sisi buruk, walau hanya 1:5 dengan kebaikan yang mereka miliki. Tapi kedahsyatan sisi buruk itu adalah 3:1 dari sisi baik. Itu asumsi aku aja. Jadi ketika sisi jahat seseorang itu muncul, seketika juga, bagi aku, kebaikan mereka musnah karena terselimuti oleh kegalapan sisi buruk mereka. Sisi buruk yang pernah seseorang keluarkan akan membuatku amat sangat aware dan tidak bisa lagi memberikan trust kepada mereka. Aku takut dan tidak bisa lagi merasa aman dan nyaman. Bagiku berada di sekeliling mereka adalah suatu ancaman yang tak bisa diprediksi. Entah kapan bahaya akan datang, yang jelas aku tak boleh terlena. Meskipun frekuensi sisi baik mereka lebih banyak muncul, tetap saja bagiku mereka adalah makhluk yang pantas untuk diwaspadai. Aku bukan sedang membicarakan sekelompok orang, tapi aku menggenaralisir untuk semua orang. Mungkin salah, tapi ini hanya asumsi dan pendapatku. CMIIW.
Lanjut.
Sebenarnya aku ga pernah mengadu dan selalu menganggap hal ini sepele. Keberadaanku di dalam keluarga orang lain, meskipun masih ada hubungan kerabat denganku, adalah hal yang cukup membuatku tak bisa tenang. Aku rasa kemerdekaanku amat sangat terbatasi. Aku merasa tidak senyaman berada dalam bis umum yang semua orangnya tidak aku kenal. Ah entahlah. Yang jelas sebenarnya hal inilah masalah utamaku terkait performa yang aku miliki dalam hal akademis, dan beberapa hal lain. Ketika berada di rumah, yang aku harapkan akan memberikan ketenangan, kenyamanan, rasa aman, tapi justru aku merasa beban. Entah kenapa. Padahal mereka semua amat sangat baik. Baik. Dan mereka sudah cukup berpengaruh dalam kehidupanku dan keluargaku. Tapi begitu jahatnya aku. Aku rasa dalam hal ini semua penyebab ketidaknyamanan, ketidakamanan, ketidaktenangan yang muncul adalah karena diriku. Justru aku. Sialnya aku. Semua hal yang aku rasakan yang pada akhirnya memengaruhi performa dan output tingkah lakuku adalah karena aku sendiri. Please, jangan salahin orang lain. Lakukan atribusi internal aja. Karena ketika kamu menyalahkan orang lain, masalah tidak akan terselesaikan justru bertambah. Mereka itu tidak seperti bidadari, tetap memiliki sisi monster. Menyeramkan. Mereka punya argumen-argumen tersendiri mengenai output tingkah lakumu. Kamu ga akan berhenti ketika mengatribusikan semua itu kepada mereka. Cukupkan pada dirimu saja.
M, untuk saat ini bersabarlah. Pasti ada waktu yang tepat agar kamu bisa menemukan "hutan" belantaramu sendiri. "Sarang"mu sendiri. sehingga kamu bisa bebas melakukan apapun sesuai norma dan keinginan dirimu sendiri tanpa harus peduli dengan norma dan keinginan orang lain. Percayalah, kebaban absolutmu akan kamu temukan nanti. Sekarang yang perlu kamu lakukan hanya bersabar dan mencari siasat untuk bertahan dan mempertahankan output tingkah lakumu seperti dulu ketika kamu berada dalam belantaramu sendiri. Siasat. Hanya itu. Kamu bisa. Semua bergantung pada dirimu sendiri. Ubahlah sikap dan dirimu sendiri. Itu yang paling mungkin. Ada aku, bagian dari dirimu yang masih bersamamu, menemanimu.