Minggu, 13 November 2011

Social Phobia-1

Aku ga pernah nyaman berada bersama keberadaan orang lain di sekitarku yang aku belum memiliki self-disclosure dengan mereka. Yah berat banget. Seperti tercekam dalam goa yang gelap dan aku sendirian. Oh tidak sendiri, bersama seekor singa atau dua ekor atau sekeluarga singa.
Aku tak berani melakukan apapun. Aku hanya ingin merasa aman dan nyaman dengan kesendirianku. Aku lebih menyukai aku tinggal di dalam goa yang gelap itu bersama kesendirianku dan kesunyian alam. Aku tidak pernah tau harus bersikap bagaimana ketika aku bersama dengan orang lain yang asing dan belum aku kenal secara emosional. Aku selalu merasa salah bersikap ketika aku bersama mereka dan aku selalu merasa menyesal untuk bersikap. Aku serba salah. Aku tak tahu. Kehidupan social dan interaksi social merupakan tekanan berat yang harus aku alami.
Entah sampai kapan phobia sosialku akan sembuh. Aku sangat tersiksa dengan semua ini. Aku ingin menjadi seseorang yang ideal.
Entah hal ini ada pengaruh dari perkembangan sosioemosionalku dan juga perubahan lingkunganku yang berkembang atau memang kutukan dari alam (genetis). Yang jelas aku akan selalu berusaha mencapai diri idealku, tanpa social phobia dan normal.
Entahlah. Terkadang aku merasa sangat mencintai kesendirian dan kesunyian. Tapi di sisi lain ketika aku berada di dalam kumpulan social orang-orang yang memiliki banyak similarity dan homogeneity denganku aku merasa sangat nyaman dan bahkan aku merasa sangat mencintai kebersamaan bersama orang lain karena aku merasa nyaman. Dan berkumpul dengan mereka adalah menyenangkan bukan suatu ancaman yang menakutkan.
Namun tetap saja pergaulan social selalu menimbulkan gejolak mendalam bagi diriku. Aku tak akan pernah bisa menerima semua hal tentang social, interaksi, pergaulan, dan sebagainya yang berhubungan dengan kehadiran orang lain terutama yang ‘asing’ dalam hidupku dengan menyenangkan dan tanpa masalah.
Tapi entah suatu saat ketika aku berada pada tingkatan perkembangan psikososial maupun kognitif yang lainnya.
Aku hanya berharap bisa merasakan kenyamanan dalam diri ideal yang aku harapkan.
Semoga melalui belajar banyak hal tentang psikologi aku akan bisa mencapai diri idealku dan aku lebih memahami apa yang aku perlukan tanpa perlu berubah menjadi orang lain. I’m sure, psychology will help myself to find something worth it which I need.
J